Polri Rilis Ketua Organisasi Mahasiswa Kena OTT di Medan


Medan,Taruna Official

Diduga beberapa Ketua Organisasi Mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Aliansi Cipayung Plus dan sebelumnya melakukan aksi demo terkait kebijakan Walikota Medan, Bobby Nasution, terjaring Operasi Tangkap Tangan (OTT), Rabu (7/8).

Kabar tersebut diduga terjadi buntut dari aksi demo beberapa hari lalu mengenai mangkraknya proyek-proyek atas Pemerintahan Walikota Medan Bobby Nasution.

Diduga pelaku yang terlibat dalam OTT pihak kepolisian adalah Ketua GMNI Kota Medan, Ketua PMII Kota Medan, Ketua KAMMI Kota Medan dan Ketua HIMMAH Kota Medan.

Pihak Polrestabes Medan enggan berkomentar untuk saat ini dan masih belum bisa memberikan keterangan.

Sebelumnya, para jurnalis menunggu keterangan resmi dari pihak kepolisian, namun setelah ditunggu, konfrensi pers yang dijadwalkan sore hari itu urung dilakukan. Hingga kini kabar tersebut masih ditunggu kebenarannya.

Cipayung Plus sendiri adalah gabungan tujuh organisasi kemahasiswaan yakni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Gerakan ini bertujuan untuk menghadapi situasi sosial yang menyimpang dari asas keadilan dalam sistem kenegaraan.

Polrestabes merencanakan akan merilis kasus ketua organisasi mahasiswa terjaring operasi tangkap tangan (OTT), pada hari ini Kamis (8/8/2024).

Sebelumnya, para ketua organisasi mahasiswa ini terjaring OTT di sebuah kafe yang terletak di kawasan Jalan Jamin Ginting, Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara, pada Minggu (4/8/2024) malam.

Mereka yang terjaring OTT tersebut dengan inisial AS, DR, AS, dan IP.

Pihak kepolisian juga dikabarkan turut mengamankan barang bukti berupa uang senilai Rp 40 juta.

Kapolrestabes Medan Kombes Pol Teddy John Sahala Marbun membenarkan pihaknya ada melakukan OTT tersebut.

“Hari ini rilisnya,” kata Kombes Pol Teddy Marbun, Kamis (8/8/2024) pagi.

Terkait kronologis kasusnya, Kombes Pol Teddy mengatakan, akan menyampaikan seluruhnya saat rilis tersebut.

Namun, pihaknya belum menjelaskan ada berapa orang ketua organisasi mahasiswa itu yang ditangkap.

"Nanti kita sampaikan," ujar mantan Dirkrimsus Polda Sumut ini.

Kasat Reskrim Polrestabes Medan, Kompol Jama Kita Purba,mengatakan pihaknya juga telah menetapkan beberapa orang yang merupakan ketua organisasi mahasiswa itu sebagai tersangka.

"Yang diamankan awalnya enam orang, kemudian yang ditersangkakan empat orang," kata Jama kepada Tribun-medan, Kamis (8/8/2024).

Katanya, petugas juga mengamankan sejumlah uang dari tangan para tersangka.

Namun, ia masih belum merincikan berapa jumlah uang yang diamankan ."Barang bukti yang jelas ada uang," sebutnya.

Lalu, saat disinggung siapa yang menjadi korban pemerasan, Jama masih enggan membeberkannya."Nanti jelasnya akan disampaikan," ujarnya.

Menurut informasi, mereka tertangkap tangan ketika menerima uang Rp 40 juta dari salah satu staf ahli yang pemegang atau pengguna anggaran proyek di Kota Medan.

Dari para terduga pelaku, pihak kepolisian dikabarkan mengamankan barang bukti berupa uang sebesar Rp40 juta.

Berawal Aksi Unjuk Rasa

Kasus OTT ini terjadi setelah sebelumnya sejumlah mahasiswa melakukan aksi demo (unjuk rasa) terkait kebijakan Walikota Medan, Bobby Nasution.

Diketahui, pada Senin (29/7/2024) lalu, puluhan  mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Wali Kota Medan.

Wali Kota Bobby Nasution terlihat sempat berdebat. Sebab banyak mahasiswa yang mempertanyakan bukan ranah Pemko Medan.

Aksi tersebut berlangsung selama 4 jam. Dimana dalam aksi itu, Bobby menjawab semua pertanyaan dan tuntutan yang dilayangkan mahasiswa tersebut. 

Hal itu lantaran mahasiswa ini membahas tentang proyek  lampu poncong yang tak kunjung ditangkap.

"Kan saya sudah bilang kalau mau ditangkap, mau itu kejaksaan itu silahkan saja. Tapi kalian bilang jangan ditangkap jadinya gimana, serba salah jadinya," ucapnya. 

Bukan hanya membahas lampu pocong, mahasiswa ini pun membahas tentang sejumlah proyek Pemko Medan yang tidak beres. Namun, dalam aksi itu, Wali Kota Medan Bobby Nasution membantah sejumlah proyek di Pemko Medan mangkrak.

"Mangkrak dari mana, itu semua sedang lagi dikerjakan. Tenggat waktu seluruh proyek  selesai di akhir tahun ini," ucapnya. 

"Aku udah bilang tadi, di ranah kami, ranah Pemko, itu ketika uang dikembalikan, dan laporan sudah masuk tentang itu selesai. Karena yang kami ambil tidak ada kerugian negara,"jelasnya.

Mendengar jawaban itu, mahasiswa itu kembali mempertegas, bahwa proyek lampu pocong itu tetap rugi. "Rugilah bang. Kan sudah dibangun,"ucap mahasiswa tersebut.

Bobby pun kembali emosi mendengar mahasiswa tersebut.b"Kau anak hukum bukan sih. Rugi kek mana. Kerugian ini kerugian uang loh," ucapnya. 

Namun mahasiswa itu mengotot, bahwa ada kerugian waktu atas proyek lampu pocong itu. "Itu kan ada kerugian waktu," jelasnya.

Atas jawaban tersebut, Bobby terlihat marah namun mengucap kalimat dzikir. "Astagfirullah, aku bilang kerugian itu,  kerugian uang loh dah itu sudah dibayar. Jadinya selesai," terangnya. 

Usai berdebat selama empat jam itu, Wali Kota Medan Bobby Nasution  pun izin pamit meninggalkan para mahasiswa.

Sementara itu, koordinasi aksi MA mengatakan, ada beberapa tuntutan yang disampaikannya ke Wali Kota Medan.

Adapun beberapa tuntutannya itu, di antaranya Wali Kota Medan Bobby Nasution dinilai mengingkari janji kampanyenya.

"Pak Wali juga gagal sebagai pemimpin Wali Kota. Untuk itu kami meminta DPRD Medan memanggil Wali Kota atas karut-marutnya pembangunan," jelasnya.

MA mengatakan, pihaknya meminta aparat penegak hukum untuk memanggil dan memeriksa Pokja, PKK, dan kontraktor atas dugaan tindak pidana korupsi. 

"Terima kasih pak Wali sudah mau bertemu dan mendengar aspirasi kami," jelasnya. 

Usai aksi tersebut, Wali Kota Medan Bobby Nasution mengaku menerima sebagian kritikan dari mahasiswa.

"Ya enggak apa-apa aksi dari teman-teman mahasiswa, sebagian kita terima. Yang namanya aksi kita terima. Cuman ada beberapa yang memang kita ingin ajak langsung masyarakat untuk menyaksikan sebagian program di lapangan," ucapnya.(***)

Editor : Juliandar

Posting Komentar

0 Komentar