Jakarta,KPK Post
Pengintaian yang dilakukan Densus 88 AT Polri terhadap Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung, Febrie Adriansyah masih misteri.
Anggota Densus 88 Bripda IM saat itu ditangkap oleh Polisi Militer yang mengawal Febrie Adriansyah.
Febrie makan malam di sebuah restoran Perancis di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, Minggu (19/5/2024).
Bripda IM, yang menyamar sebagai karyawan BUMN dengan inisial HRM, diduga mengikuti Febrie Adriansyah dalam rangka misi 'Sikat Jampidsus'.
Lebih lanjut, laporan menyebutkan bahwa operasi tersebut tidak hanya dilakukan oleh Bripda IM, tetapi juga melibatkan lima polisi lainnya.
Selain Bripda IM, operasi 'Sikat Jampidsus' diduga dipimpin oleh seorang perwira menengah kepolisian berpangkat kombes.
Meski demikian, belum ada penjelasan resmi dari pihak berwenang mengenai motif di balik operasi tersebut maupun peran lebih rinci dari para pelaku yang terlibat.
Kapuspenkum Kejaksaan Agung bahkan mengklaim belum memperoleh informasi peristiwa yang dialami Jampidsus Febrie Adriansyah ini.
"Saya saja enggak ngerti itu. Sampai saat ini saya belum dapat informasi yang jelas," ujar Kapuspenkum Kejaksaan Agung, Ketut Sumedana saat dikonfirmasi Jumat (24/5/2024) lalu.
Sejauh ini, Ketut hanya mengungkapkan Jampidsus Febrie Adriansyah dalam keadaan baik.
Hanya saja, saat ini pihak Kejaksaan Agung sedang meningkatkan pengamanan terkait penanganan perkara besar.
"Jampidsus enggak apa kok. Ada dia. Enggak masalah. Enggak ada apa-apa kok. Biasa saja. Semua berjalan seperti biasa. (Peningkatan) pengamanan itu hal yang biasa kalau eskalasi penanganan perkaranya banyak," kata Ketut.
Tribunnews.com belum mendapatkan respons dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Wakapolri Komjen Agus Andrianto, Kadiv Propam Polri Irjen Syahardiantono, hingga Kadiv Humas Polri Irjen Sandi Nugroho.
Diduga gunakan penyadap
Diduga anggota Densus 88 AT Polri Bripda IM menggunakan alat penyadap suara yang diarahkan ke Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Jampidsus) Kejagung, Febrie Adriansyah.
Namun, aksi Bripda IM ketahuan anggota Polisi Militer TNI yang mengawal Febrie.
Polisi berusia 25 tahun itu diamankan pengawal Febri dan dimintai keterangan.
Terkait peristiwa itu, Polri didesak memberikan penjelasan kepada masyarakat.
Pengamat kepolisian Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Bambang Rukminto menyebut mengatakan penggunaan kekuatan itu tidak pada tugas pokok dan fungsinya.
"Densus 88 tentu bergerak bukan atas inisiatif masing-masing personel. Ada yang memerintahkan," kata Bambang saat dihubungi, Sabtu (25/5/2024).
Untuk itu, Bambang meminta Kepala Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri Irjen Sentot Prasetyo untuk memberikan penjelasan terkait motif penguntitan tersebut.
"Siapa dan apa motifnya tentu bisa dijelaskan oleh Kadensus 88.
Apakah benar mereka adalah timnya, atau hanya digerakkan oleh oknum saja?" ucapnya.
Hal ini, kata Bambang, untuk menghindari adanya spekulasi-spekulasi yang nantinya berdampak negatif terhadap Korsp Bhayangkara.
"Oknumnya siap tentu juga bisa dijelaskan agar tak memunculkan pretensi berbagai macam di masyarakat," tuturnya.
Kronologis pengintaian
Jampidsus Kejaksaan Agung Febrie Adriansyah diintai anggota Densus 88 Bripda IM.
Saat kejadian, anggota Densus 88 itu diduga menyamar sebagai karyawan BUMN dengan inisial HRM.
Anggota Densus 88 tersebut ditangkap di lokasi ketika Febrie Adriansyah sedang berada di sebuah restoran Prancis di Jakarta, Minggu (19/5/2024) malam.
Febrie dibuntuti anggota Densus 88 saat ia akan makan malam di sebuah restoran Prancis yang ada di Cipete, Jakarta Selatan.
Sejak Kejagung menangai kasus korupsi timah Rp271 triliun, Febrie sebagai Jampidsus Kejagung mendapat pengawalan khusus dari Polisi Militer (PM).
PM inilah yang menyadari bahwa Febrie tengah dibuntuti oleh beberapa orang yang diduga adalah anggota Densus 88.
Mengutip Kompas.com, saat kejadian, anggota Densus 88 tersebut ikut menyusul Febrie ke restoran Prancis dengan menggunakan pakaian santai dan berjalan kaki.
Kemudian salah seorang anggota Densus 88 meminta meja di lantai dua dan beralasan ingin merokok.
Namun alasan tersebut menjadi mencurigakan karena anggota Densus 88 tersebut beralasan ingin merokok tapi datang dengan terus menggunakan masker.
Lalu anggota Densus 88 tersebut mengarahkan alat yang diduga perekam ke ruangan Febrie.
PM yang mengawal Febrie pun merasa curiga dengan gelagat anggota Densus 88 yang membawa alat diduga perekam.(***)
Dari berbagai sumber
0 Komentar