Medan,TARUNA OFFICIAL
Kasus memalukan yang menimpa 43 wartawan di Kota Medan saat hendak meliput agenda pemberian remisi HUT RI ke-80 di Lapas Kelas I Tanjung Gusta Medan terus menuai kecaman. Wartawan yang hendak meliput kegiatan tersebut tidak diperboleh masuk ke lokasi acara dengan alasan ruang sempit.(17/8/ 2025).
Insiden ini semakin mencoreng dunia pers ketika seorang oknum pegawai Lapas kedapatan membagi amplop berisi uang Rp20 ribu kepada wartawan yang hadir. Bagi insan pers, pemberian tersebut bukanlah tali asih melainkan pelecehan terhadap profesi wartawan.
Pilar Demokrasi
Menanggapi indiden ini, Wakil Ketua WJMB (Wartawan Jurnalis Medan Bersatu), Rules Gajah SKom menegaskan,tindakan Lapas Kelas 1 Medan merupakan bentuk pembungkaman terhadap pers.
“Wartawan bukan musuh yang harus dihalangi, melainkan pilar demokrasi dan jembatan informasi bagi rakyat. Menutup pintu dan melarang wartawan masuk ke acara resmi negara sama saja dengan menutup akses publik terhadap informasi,” ujar Rules kepada media di kantor WJMB Jalan Cempaka Raya Medan,Kamis (21/8/2025)
Ia juga menyesalkan sikap Kalapas Herry Suhasmin yang dinilai tidak menyelesaikan persoalan bahkan melontarkan pernyataan melecehkan wartawan.
“Ucapan Kalapas jelas bentuk arogansi birokrasi. Wartawan tidak pernah meminta uang,yang diminta hanyalah akses informasi sesuai amanat UU No.40 Tahun 1999 tentang Pers dan UU No.14 Tahun 2008 tentang KIP,” tambahnya.
Berkaitan dengan masalah ini WJMB bersama organisasi pers lainnya mendesak Menteri Hukum dan HAM RI Agus Adrianto mengevaluasi kinerja Kalapas Kelas 1 Tanjung Gusta Medan. Jika terbukti melecehkan wartawan, maka yang bersangkutan harus dicopot dari jabatannya.
Selain itu, Dewan Pers juga diminta turun tangan untuk menegakkan marwah profesi jurnalis dan memastikan tidak ada lagi tindakan serupa di kemudian hari.
“Pers adalah mitra strategis pemerintah, bukan lawan. Membungkam pers sama dengan membungkam suara rakyat,” tegas Rules Gajah.(***)
tim/red
0 Komentar