'Nabi Joko Widodo' Jadi Polemik Panas di Media Sosial


"Nabi Joko Widodo" bersama Kader PSI Dedy Nur Palakka

Jakarta,TARUNA OFFICIAL
Cuitan Kader PSI (Partai Solidaritas Indonesia) Dedy Nur Palakka soal mantan Presiden Jokowi tengah ramai diperbincangkan, khususnya di media sosial X.

Pada 9 Juni 2025 lalu, Dedy menyatakan Presiden Jokowi memenuhi syarat menjadi seorang nabi.

"Jadi nabi pun sebenarnya beliau ini sudah memenuhi syarat," tulis Dedy Nur, yang juga menjabat sebagai Ketua Biro Ideologi dan Kaderisasi DPW PSI Bali tersebut.

"Cuma sepertinya beliau menikmati menjadi manusia biasa dengan senyum selalu lebar ketika bertemu dengan rakyat,"sambung Dedy.

Pernyataan Dedy Nur Palakka jadi viral dan menuai berbagai reaksi, salah satunya dari Denny Siregar.

Meski tidak menyebutkan nama, pernyataan Denny Siregar diyakini mengarah kepada cuitan Dedy Nur Palakka soal Jokowi.

"Diem-diem udah dijadikan nabi aja. Cepat banget perkembangan otak mereka," tulis Denny Siregar pada Rabu, 11 Juni 2025.

Dedy Nur Palakka pun merasa dan menanggapi cuitan Denny Siregar dengan menyinggung soal Jokowi sempat dicap sebagai Firaun.

Dedy heran lantaran banyak orang senang saat Jokowi dicap Firaun, tetapi tak terima ketika ia menyebutnya layak jadi Nabi.

"Jokowi yang dicap Fir'aun malah kelihatannya pada girang," jawab Dedy Nur Palakka membalas cuitan Denny Siregar.

"Giliran saya sebut Jokowi memenuhi kriteria menjadi Nabi langsung pada salto jumpalitan itu otak. Sehat bro," tambahnya.

Pernyataan Dedy Nur Palakka yang membela Jokowi kembali menuai kritik pedas dari warganet.

Menurut warganet, sifat Firaun yang kejam masih bisa dimiliki setiap manusia.

Namun Nabi Muhammad SAW diyakini umat muslim sebagai yang terakhir sehingga tak mungkin satu pun orang pun menyamai kemuliaannya.

"Kalau belum paham kenabian enggak usah ngomong, itu urusan illahiyah. Kalau firaun itu manusia biasa yang sifatnya bisa dimiliki setiap orang," kata akun @endone***.

"Kalau firaun banyak yang mendekati, karena itu sifat manusia yang menjadikannya sama. Kalau nabi, seujung kuku pun manusia sulit menyamainya," ujar akun @abie_msap***.

"Kalau kejahatan dan kekurangan firaun di dunia nyata sekarang itu memang masih banyak. Kalau Nabi, sepertinya enggak ada bro, itu orang-orang terpilih," sahut akun @RaniSapu***.

"Menyebut pemimpin tirani sebagai Firaun itu kritik. Tapi menyamakan manusia biasa dengan Nabi? Itu bukan pujian, itu penghinaan terhadap kenabian," komentar akun @MChodl***.

Kendati menuai kritik, Dedy Nur Palakka terlihat masih merasa pernyataannya soal Jokowi tidak salah.

Pada Kamis, 12 Juni 2025, Dedy membagikan kutipan dari Friedrich Nietzsche tentang kebenaran.

"Terkadang orang tidak mau mendengar kebenaran karena mereka tidak ingin ilusi mereka hancur," tulis Dedy berdasarkan kutipan Friedrich Nietzsche.

"Peringatan dari Nietzsche ini banyak benarnya, makanya enggak perlu heran jika belakangan banyak yang ngamuk-ngamuk," tambah Dedy.

Di hari yang sama, Dedy Nur Palakka masih menyinggung soal nabi dan kenyataan. Memang berat menerima satu kenyataan baru dalam pikiran lama," katanya.

Sementara itu, Denny Siregar tak merespons lagi balasan Dedy Nur Palekka yang membahas Firaun dan Nabi.

Perlu diketahui bahwa yang pertama kali menyebut mantan Presiden Jokowi sebagai Firaun adalah Cak Nun.

Dalam sebuah ceramahnya, Cak Nun menyebut nama Jokowi, Anthony Salim, dan Luhut Binsar Pandjaitan sebagai penguasa Indonesia yang kejam.

"Karena Indonesia dikuasai oleh Firaun yang namanya Jokowi, oleh Qorun yang namanya Anthony Salim dan 10 naga. Terus Haman yang namanya Luhut," katanya.

Fanatik Buta

Sedangkan Politikus PDIP, Guntur Romli, menganggap disebutnya mantan Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi), sudah memenuhi syarat untuk menjadi nabi oleh kader PSI, Dedy Nur Palakka, adalah pembodohan politik.

Kendati demikian, Guntur Romli mengatakan pernyataan Dedy tersebut tidak masuk dalam penistaan agama, tetapi lebih kepada fanatisme ekstrem.

"Saya menolak adanya jeratan penistaan agama, tapi kalau itu diucapkan serius bukan bercanda, adalah bentuk fanatisme ekstrem, kultus babi buta, dan pembodohan politik," katanya kepada media, Rabu (11/6/2025).

Guntur mengatakan Jokowi lebih cocok dianggap sebagai pemimpin terkorup. 

Hal ini disampaikannya terkait mantan Wali Kota Solo tersebut yang masuk dalam daftar pemimpin terkorup versi Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) pada tahun 2024 lalu.

"Saya juga tidak setuju Jokowi disebut Firaun tapi saya tidak setuju Jokowi disebut layak sebagai nabi.Bagi saya, Jokowi itu finalis pemimpin terkorup dan otoriter versi OCCRP," jelasnya.

Lebih lanjut, Guntur mengatakan pemimpin itu harus mau dikritik sehingga jika terjadi adanya pengkultusan, maka bisa dipastikan pemimpin tersebut akan menjadi otoriter.

"Pemimpin itu adalah pelayan bagi rakyatnya, harus siap mendengar dan dikritik.Kalau dikultuskan tidak bisa menjadi pelayan lagi. Makanya saya sebut ini (Dedy menyebut Jokowi penuhi syarat menjadi nabi) adalah pembodohan politik," tuturnya lagi.

Sebelumnya, Dedy mencuitkan di akun X pribadinya bahwa Jokowi telah memenuhi syarat sebagai seorang nabi.Hal ini dituliskannya pada Selasa (10/6/2025).

"Jadi nabi pun sebenarnya beliau ini (Jokowi) sudah memenuhi syarat, cuman sepertinya beliau menikmati menjadi manusia biasa dengan senyum selalu lebar ketika bertemu dengan rakyat."

"Sementara di dunia lain masih ada saja yang tidak siap dengan realitas bahwa tugas kenegaraan beliau sudah selesai dengan paripurna," tulis Dedy.(***)


rel

Posting Komentar

0 Komentar