Centang Prenang PON XXI Sumut-Aceh : Presiden Jokowi Batal Datang

 
Medan,TARUNA OFFICIAL

Ketidakhadiran Presiden Joko Widodo dalam penutupan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI di Deli Serdang, Sumatera Utara,Jumat (20/9/2024) diduga karena sengaja untuk menghindari protes centang prenangnya penyelenggaraan pesta olahraga empat tahun sekali itu.  

Pegiat media sosial yang juga seorang dokter, dr Tifauzia Tyassuma atau Dokter Tifa menduga, Presiden Jokowi menghindari penutupan PON XXI karena berkaitan dengan polemik makanan para atlet yang dianggap tidak manusiawi.

Dalam unggahan di akun X pribadinya, Dr Tifa melampirkan gambar tangkap layar informasi Jokowi tak menutup gelaran PON XXI karena memilih hadir di acara pernikahan anak bakal Calon Gubernur Petahana Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.

Dia juga menuliskan pernyatannya dalam postingan tersebut, dan menyinggung soal kasus makanan para atlet hingga panitia pelaksana dan wasit PON XXI yang viral di sejumlah media sosial.

Di mana, tersebar video protes dari para atlet hingga panitia pelaksana dan wasit PON XXI menyebut nasi kotak yang diberikan tidak layak karena hanya berisi tempe dan nasi yang sudah kering. 

Dalam unggahan tersebut, Dr Tifa menyebut Presiden Jokowi dengan nama semasa kecilnya, Mulyono.

"Mulyono enggak mau datang PON karena takut ditimpuk nasi keras dan tempe kering Rp9.500 jatah Atlet, dari yang seharusnya Rp52.500," kata Dokter Tifa dikutip Sabtu (21/9).

Jokowi seyogianya dijadwalkan hadir dalam penutupan PON XXI tahun 2024, di Stadion Utama Sumatera Utara, di Deli Serdang, sebagaimana disampaikan Panitia Besar PON XXI

Namun, dia batal karena memilih hadir di acara pernikahan anak Khofifah. Alhasil, Presiden ketujuh RI itu diwakili oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy untuk penutupan PON XXI.

Usut Dana PON

Pekan Olahraga Nasional (PON) merupakan ajang olahraga nasional terbesar yang melibatkan seluruh provinsi di Indonesia. 

Atlet-atlet kebanggaan tanah air berlomba-lomba saling unjuk gigi mewakili tempat tinggalnya masing-masing. 

Tidak heran bersedia pemerintah menggelontorkan dana yang tidak sedikit untuk menyukseskan ajang olahraga empat tahunan satu ini.

PON XXI Aceh-Sumatra Utara menjadi PON perdana yang digelar bersamaan di dua provinsi sekaligus, yakni di Aceh dan Sumatra Utara. 

Ini pertama kalinya Aceh terpilih sebagai tuan rumah, sedangkan Sumatra Utara pernah menjadi tuan rumah pada edisi 1953 silam.

PON XXI Aceh-Sumatra Utara membutuhkan dana sebesar Rp3,79 triliun yang diambil dari APBN dan APBD Aceh dan Sumatra Utara.

Sebelumnya Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo menjabarkan anggaran yang digelontorkan untuk penyelenggaraan PON XXI Sumut Aceh dengan perinciannya.

Untuk wilayah Aceh, Kemenpora memberi dukungan sebesar Rp270,3 miliar sebagai biaya untuk bidang pertandingan, upacara, dan peralatan. Sedangkan dukungan APBN melalui PUPR mencapai Rp793,5 miliar, digunakan dengan rincian sebagai berikut.

• Renovasi dan pembangunan kembali venue PON XXI Kota Banda Aceh sebesar Rp536,8 miliar.

• Renovasi dan pembangunan venue Dayung dan Pacuan Kuda sebesar Rp135,7 miliar.

• Rehabilitasi dan renovasi venue tambahan PON di Aceh sebesar Rp121 miliar.

Lebih lanjut, total APBD yang dianggarkan untuk keperluan penyelenggaraan PON di Aceh mencapai Rp640 miliar, terdiri atas biaya penyelenggaraan sebesar Rp525 miliar dan biaya infrastruktur sebesar Rp115 miliar.

Sementara itu, untuk wilayah Sumatra Utara, Kemenpora memberi dukungan sebesar Rp216,9 miliar untuk pertandingan, upacara, dan peralatan, sedangkan melalui PUPR, APBN yang digelontorkan mencapai Rp809,4 miliar, terdiri atas:

• Pembangunan Stadion Utama Sumatra Utara sebesar Rp587 miliar.

• Pembangunan Jalan Stadion Utama Provinsi Sumatra Utara sebesar Rp211,4 miliar.

• Jalan Kawasan Gateball Pergatsi Sumatra Utara sebesar Rp11 miliar.

Total APBD yang dianggarkan untuk Sumatra Utara mencapai Rp1,1 miliar, terdiri atas anggaran penyelenggaraan sebesar Rp600 miliar dan infrastruktur sebesar Rp463 miliar.

Untuk konsumsi pihak Panitia Besar Pekan Olahraga Nasional mengalokasikan dana sebesar Rp 42,3 miliar untuk membeli makan atlet. Dana itu juga dibelanjakan untuk membeli makanan ringan atlet.

Dalam salinan dokumen surat pemesanan makanan yang diterima media ini, Bidang Konsumsi PB PON Aceh memesan makanan pada PT Aktifitas Atmosfir di Jakarta. 

Harga satuan untuk makanan mencapai Rp 59.900 untuk satu kali makan. Total anggaran yang dihabisian mencapai Rp 30,8 miliar. 

Panitia juga membelanjakan uang Rp 18.900 untuk biaya satu paket snack atlet. Total anggaran yang dihabiskan untuk item ini mencapai Rp 11,4 miliar.

Tapi anggaran itu tidak sesuai dengan hak para atlet. Seperti yang diterima oleh atlet sepak takraw, saat dihitung ulang di rumah makan setempat, biaya untuk memproduksi makanan kotak itu hanya sekitar Rp 30 ribu per porsi.(Tim)

Posting Komentar

0 Komentar